Kekuasaan yang
Menguasai
Bangsa
kita merupakan bangsa yang memiliki budaya norma dan aturan yang selalu menjadi
pengintai kita untuk selalu kita taati dan kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Mulai dari perilaku yang
ditujukan untuk berperilaku dengan masyarakat secara umun maupun untuk diri
sendiri atau pribadi. Masyarakat seolah-olah sudah memiliki rambu-rambu yang
sudah dalam menjalani hidupnya yang di dapat dari warisan turun-temurun. Entah
itu sesuai dengan hati atau mereka hanya menikmati apa yang sudah menjadi rambu
mereka dan harus ditaati.
Karena
kekuasaan yang dimiliki dan yang sedang berkembang saat ini mengawasi mereka.
Kekuasaan Negara, agama, budaya yang berada dalam ligkup kita kental sekali
untuk selalu mengontrol kehidupan rakyatnya untuk terus menjaga kesetabilan
hidup bersama dan terus menjaga nilai-nilai yang berlaku.
Tak
pandang memngekang atau apa. Yang terpenting adalah terpenuhinya maksud dan
tujuan kekuasaan tersebut. Baik dalam ranah, agama, politik, pendidikan, bahkan
seksualitas semua ada kekuasan yang mengatur dan mengontrol. Sehingga apa yang
dilakaukan dapat menjadi seragam dan “baik” menurut kekuasaan yang sedang
berlaku.
Meurut
Foucault, tidak ada kekuasaan yang dilaksanakan tanpa serangkaian tujuan dan
sasaran. Semua sudah tersusun dengan rapi dan memiliki target yang harus di
capai. Namun yang menjadi pertanyaan dari semua itu adalah, bagaimana dengan
hak dan kebebasan berekspresi pada diri setiap individu miliki? Pemilik
kekuasaan seolah tidak pernah memikirkan masalah itu.
Setiap
kekuasan yang ada dalam lokus-lokus kecil juga memiliki kekuasaan yang
mengontrol, contohnya dalam suatu Negara memiliki kekuasaan untuk mengatur,
yang didalam Negara tersebut juga ada kekuasaan-kekuasaan kecil seperti
departemen-departemen yang mengatur, kebawah lagi di daerah atu wilayah
tersebut memiliki pos-pos tertentu untuk mengatur segala tindak tanduk individu
menjadi seragam.
Agama
merupakan suatu control yang begitu lekat dan pekat dalam mengatur seluruh
kehidupan beragama. Memalui ayat-ayat yang diturunkan yang menjadi pedoman
hidup manusia, yang nantianya akan mengarahkan mereka dalam suatu kehidupan
yang kekal. Yang menjadi permasalah disini adalah, penyampaian yang diberikan
kepada pemuka agama yang sering kali menyempitkan cara berfikir dan terkadang
menjadikan kekuasaan suatu agama itu menjadi sempit dan terkadang menjadi orang
yang beragama itu tidak dapat menikmati atau merasakan yang namanya Desublmasirepresif. Mereka tidak berangkat
dari pemahaman mereka sendiri, tetapi mereka terkadang berangkat dari
pengetahuan yang setengah dan hanya tunduk pada suatu yang mereka tidak tau.
Dogama yang mereka terima hanya mereka telan secara mentah dan tidak di cerna.
Namun
di samping agama,ada juga beberapa bidang seperi kedokteran yang sia menjadi
polisi bagi mereka yang berada atau tidak berada pada garis normal. Merekalah
yang menjalankan norma-norma masyarakat. Apa yang dikatan dengan normal dan
abnormal.
Bagi
Foucault mempelajari abnormalitas adalah salah satu cara utama bagaimana hubungan-hubungan
kekuasan dibangun dalam masyarakat, ketika suatu abnnormalitas dan yang
berkaitan dengan normalnya didefinisikan, sedikit banyak orang normal selalu
berkuasa atas orang abnormal.
Foucault
juga pernah merasakan hal seperti ini ketika dia di ketahui bahwa dia adalah
seorang homoseksual, yang pada sat itu merupakan suatu penyakit yang mengundang
duka nestapa. Dan dia menganggap seorang peskiater merupakan polisi mental yang
memutuskan yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan oleh masyarakat.
Sehingga in menjadi tekanan bagi orang yang tidak sama dengan kebiasaan
mayoritas.
Dalam
ranah seksualitas Foucault memandang manusia terjebak pada kekuasaan yang
dimiliki pada setiap lembaga yang berkembang. Merasa tabu dan asing dengan istilah
yang menjadi tidak lazim di ucapkan dan di keluarkan yang tidak sesuai pada
tempatnya. Dalam hal ini Foucault memandang kita sebagai kaum Victorian. Sebuah
cermin masyarakat yang hidup dalam kemunafikan diri dan menyembunnyikan
seksualitas mereka.
Sama
yang seperti kita rasakan saat ini, kita sering kali terjebak dalam seksualitas
kita sendiri yang terkadang kita tidak mampu mengetahuinya. Bahkan ada istilah
kita jauh ketinggalan dari pada tumbuhan yang kita lebih tau tentang
seksualitasnya dan reproduksinya dari pada kita mengetahu tentang diri kita
sendiri.
Ini
memperlihatkan kita bahwasanya kita
terjebak dalm suatu tempat dimana kita menjadi orang asing dengan apa
yang kita ucapkan sendiri dna apa yang kita ketahui. Saat masyarakat mengetahui
keutuhan seksualitasnya harus di penuhi maka mereka harus menyembunyikannya
dulu dan menunggu waktu dan tempat yang tepatdan harus sesuai dengan apa yang
di gariskan pada norma yang ada. Sehingga mereka tidak bebas dalam mengatur
seks mereka hanya ada tempat-tepat tertentu yang bagi masyarakat baik. Selain
tempat yang mereka sepakati mereka menganggap itu adalah salah.
Dalam
kacamata sekarang seringkali kita dengar anti seks bebas, tapi sering kali kita
melihat adanya prostitusi yang melegalkan seks bebas dimana itu adalah tempat
yang menyebakan adanya pelacuran dan tersebarnya pelacur-pelacur yang menjad
pemuas seksualitas.
Kata-kata
yang kita ucapkan juga terkadang menjadi penanda kita bahwasanya seksualitas
kita sebenarnya tidak terbendung. Namun kekuasaan yang memiliki norma-norma
menjadikan kita tertutup dengan semua itu. Contohnya, terkadang kita menucakan
kata yang yang bersifat intim namun kita menanggapinya menjadi hal yang
histeris dan tak biasa, dan itu tabu. Yang selanjutnya kita dapat menagkap bahwasanya
ternyata fikiran kita menjadi menuju kepada suatu hal yang berupaya untuk
memenuhi hasrat seksualitas kita.
Kekuasaaan
ini menjadikan kita bungkan dengan realita diri kita sendiri dan tidak bisa
berkata lantag tentang kebenaran. Karena mereka akan tersingkir dan di anggap
aneh dan menjadi perusak norma yang suda berlaku sehingga mereka harus
disingkirkan atau harus memilih tempat lain jika ingin melakukan hal-hal yang
tidak lazim pada masyarakat.
Bagi
Freud, setiap kali kita kita berbicara tentang seks kita secaraberani membuag
rantai-rantai kita dan revolusi seksual adalah langkah pertama menuju setiap
revolusi yang lain. Freud adaah orang pertama yang berusaha sekuat tenaga untuk
menjad jujur, terbuka, dan sehat dalam hal seks, dan membuang segala pembatasan
oleh laki-laki berfikiran kotor yang mengendalikan dunia.
Pembahasan
seksualitas yang selama ini kita ketahui hanya berada di lingkup formal, yang
manakala kita membawanya di dalam dunia nonformal akan terlihat tabu dan tidak
sesuai. Pembahasan ini hanya berkisar pada ranah kesehatan, kedokteran, biologi
yang nantnya ketika kita berbicara seksualitas di luar ranah tersebut itu akan
menjadikan sesuatu yang bersifat vulgar dan tidak pantas untuk di dengar.
Inilah
kekuasaan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dala mengkontruksi pemikiran
sehingga mampu mengkotakkan apa yang harus dan tidak harus mereka lakukan atau
ucapkan. Namun parahnya ini malah akan mengekang dan menjerumuskan manusia pada
kemunafikan tentang seksualitasnya, karena mereka sadar bahwasanya seks adala
kebuthan mereka yang harus di penuhi.
Sebenarnya
upaya Foucault ini adalah bertujuan untuk untuk menyelidiki kasus masyarakat
yang telah menghukum diri dengan keras karena kemunafikannya selama lebih dari
satu abad, yang dengan bertele-tele berbicara tentang diam dirinya sendiri,
dengan sangat susah payah menghubungkan secara mendetail hal-hal yang tidak
dikatakannya, mencela daya-daya kekuatan yang dijalankannya, dan berjajnji
membebaskan diri dari hukum-hukum yang ketat membuatnya berfugsi.
siip.... god.. luar biasa..semoga kedepannya menjadi lebih baik...
BalasHapusKita sekarang hidup dizaman modern yang menurut durkheim cirinya ada pembagian kerja yang spesialis... atau lebih ringkasnya ciri masyarakat kita terstruktur.... norma dan budaya bagian dari struktur....sehingga kita patuh terhadap orang tua, kita tidak bicara vulgar tenatng sex di tempat umum itu merupakan bagian dari norma.. bukan karena kehendak sendiri.... norma yang membuat kita patuh.... karna masyarakat kita masyarakat organik.. yang terstruktur...