Sabtu, 17 November 2012

DIMANA PEREMPUAN?


DIMANA PEREMPUAN?
(Musayyidatul Ummah)

Memulai tulisan ini saya mengangkat tentang realita yang mulai mendominasi pikiran saya, ada sebuah pertanyaan yang begitu besar yang ada di benak saya. Mungkin keadaan ini sudah terlalu lama membelenggu, bahkan mungkin pertanyaan ini sudah lama terpendam namun tak ingin di munculkan karena adanya kesadaraan atau lebih tepatnya dinamakan kemakluman bagi semua wanita bahwasaanya yang mampu di depan adalah mereka laki-laki.
Tak dapat di elakan lagi, dari sebagian sector atau bidang yang ada di dunia ini banyak did dominasi oleh kaum laki-laki. Bahkan dalam segi intelektual pun ruang yang diuduki oleh laki laki lebih di dominasi oleh kaum perempuan. Lantas pertanyaanya, dimanakah kaum perempuan? Dimanakah letak kesadaraan mereka dalam mengais intelektual seperti kaum laki-laki? Apakah mereka hanya bisa duduk di depan kaca sambil memoles gincu? Apakah mereka hanya mampu duduk di depan tungku masak? Apakah dia hanya mampu duduk mengadah tangan kepada laki-laki?. Lantas dimanakah gerak mereka sambil memegang buku dan bicara dimuka umum sambil mengeluarkan gagasa-gagasan mereka. Ini yang selalu menggelitik pemikiran saya.
Kalau dari analisai saya bahkan di samping kanan kiri saya banyak sekali kaum perempuan yang mulai ada dari dalam dirinya muncul letupan-letupan gagasan yang ingin mereka keluarkan, namun lagi-lagi ketika mereka di hadapkan dengan lawan jenis yaitu laki-laki mereka seakan-akan bertemu denga raksasa atau bertemu dnga raja dari semua raja yang meresa mereka yang pantas dan mereka yang bisa. Inilah realita yang tanpa kita sadari sekarang telah mematikan dan mengendurkan gagasan-gagasan perempuan.
Intelektual yang saat ini sudah menjadi sesuatu yang harus di miliki dan harus di asah oleh dua jenis makhlk kini pun seakan-akan timpang, yang ini mengakibatkan seakan-akan tidak ada perempuan di depannya. Sebelum jauh saya menggali atau bercerita atau masalah realita yang ada disekitar kita saya ingin memaparkan dulu apa itu yang di maksud dengan intelektual yang ada. Menurut KBBI intelektual berarti : 1 a cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan; 2 n (yg) mempunyai kecerdasan tinggi; cendekiawan; 3 n totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman.

Dari makna yang tersirat tersebut sudah jelas bahwasaanya yang dimaksud dengan intelektual yaitu orang yang mampu berfikir rasional. Lantas apakah realita saat ini dengan pelebelan perempuan yang hanya mapu berfikir dengan perasaan dan tidak menggunakan rasio, sehingga ini membuat rasa kecil hati para kaum perempuan.
Hal ini yang harus kita ungkap sebenarnya apa yang terjadi dengan perempuan saat ini. Rasionalitas seperti apa yang tidak bisa di capai dan tidak dapat di capai oleh perempuan. Padahal sudah ada banyak wadah yang mewadai perempuan untuk terus berkembang dalam dunia apapun.
Dalam sebuah catatan Pulau Buru Pramodya Ananta Toer Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer yang saya baca dimana sebuah cerita zaman penjajahan yang banyak menceritakan liku-liku kehidupan perempuan saat ini. Di tipu, di injak-injak, di lecehkan inilah yang terjadi pada perempuan dalam masa itu. Namun ada yang menarik, dalam masa seperti itu ada sebuah hal yangmenarik yang dapat saya ambil, dengan iming-iming pendidikan dia dengan sukarela mau untuk di usung keluar negeri jauh dari sanak saudara, keluarga demi satu tujuan untuk mencari ilmu dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka.
Dari cerita yang saya baca tersebut, saya dapat menggaris bawahi, dalam keadaan terjajah dan serba kekurangan seperti ituseperit untuk mencari ilmu sungguh kuat dan tinggi, buka hanya mereka di belakang deret barisan perang. Walaupun dalm cerita tersebut tak menutup kemungkinan ada pula perempuan yang enggan juga dalam menuntut ilmu dan jauh dari keluarga.
Lantas ini yang saya gunakan dalam memandang realita dalam lingkungan sekitar kita. Diaman letak sepirit atau kekuatan perempuan saat ini yang mulai luntur akibat perkembangan zaman yang terus memanjakan perempuan. Apakah sudah terlena dengan semua ini yang sangat nyaman bila ketika terus menikmatinya sehingga menjadi konsumen saja tanpa mau mennggunakan intelektualitasnya untuk mencoba menyetarakannya dengan kaum laki-laki.
Dalam hal ini bagaimana kita perempuan maupun laki-laki dalam kehidupan relasi dan dalam hal ini dunia intelektual mampu imbang dan menjalin relasi yang baik sehingga mampu mengangkat dunia ini dengan obyektif bukan subjektif.
Semangat perempuan!!!