Senin, 22 April 2013

kenapa harus perempuan yang ditertibkan?



KENAPA HARUS PEREMPUAN YANG DITERTIBKAN?
(Musayyidatul Ummah)

Berangkat dari kegelisahan saya beberapa bulan terakhir ini, sebuah judul yang mungkin cukup menggelitik kita tentang fenomena yang ada disekitar kita, khususnya di lingkungan aktifis perempuan. Kerap beberapa kali fenomena ini hampir disekeliling kita, namun, kita hanya pasrah dengan keadaan ini dan tidak ada upaya untuk penyadaran. Khususnya untuk penyadaran ini terhadap diri kita sendiri.
makna gender yang sering dimaknai kabur oleh masyarakat kita sering kali menjadi hal yang bisa tidak bisa terelakkakn lagi. Salah satu factor pembentuk gender yaitu factor social memang sulit sekali untuk masyarakat membedakannya apakah itu kodrat ataukah itu gender. Makan kodrat yang berarti segala ketentuan yang dimiliki manusia yang diberikan oleh tuhan terkadang menjadi kabur dengan makna gender yang bermakna hasil konstruksi masyarakat yang menentukan perilaku manusia dalam masyarakat. Peran seks dalam diri manusia menjadi suatu belenggu dalam penentuan langkah mereka dimasyarakat. Ada batasan-batasan yang itu terkadang tida kita sadari bahwasanya baik manusia yang memiliki kelamin perempuan maupun laki-laki bisa dan memiliki hak yang sama dalam melkukannya.

Dalam kasus ini saya mengangkat bagaimana kondisi kos yang kerap dalam dunia anak rantau atau mahasiswa luar kota yang berdomisili sementar adisuatu tempat menjadisasaran penekanan dalam gaya hidup mereka. Khususnya dalam kasus ini adalah kps perempuan. Adanya batasan jam waktu mereka keluar dan masuk kos kerap terjadi dilingkungan. Meskipun bagi mereka itu merupakan suatu hal yang terkadang memang menguntungkan mereka dalam segi keselamatan dan kenyamanan, namun dalam hal ini ada beberapa hal yang janggal. Bandingkan dengan kos laki-laki yang lebihfleksibel waktunya dan cederun member kebebasan bagi penghunidalam menetukan jam waktu seseuai dengan aktifitas mereka.
Coba kita tengok beberapa tempat juga yang terkadang menjadi tempat yang terlarang bagi perempuan dan perilaku yang tidak boleh dilakukan oleh perempuan. Dan itu sudah berlangsung lama dan para perempuan menikmati dan dan menjadikan ini suatu kewajaran yang tidak mungkin mereka mentahkan dalam hidup bermasyarakat.
Masyarakat kita masih mengaca pada bentuk fisik dalam hal ini seks perempuan yang memeliki perbedaan dengan lawan jenis kita laki-laki yang dimana itu suatu hal yang harus disikapi dengan hati-hati, dan jalan satu-satunya adalah engan cara menertibkan perempuan dan sebagai konsekuensi nya adalah terbatasnya gerak perempuan dalam menetukan jalan hidupnya serta redupnya pergerakan perempuan dalam organisasi.
Pelebelan atau yang sering disebut stereotip dalam diri perempuan menjadi patokan dalam masayarakat kita bahwa tolak ukur itu yang menjadikan perempuan baik dan sempurna. Perempuan dalam mata masyarakat yang terbentuk menjadi pribadi yang anggun serta lemah lembut membuat perempuan seakan-akan menjadi kaum yang harus diselamatkan dan harus diberdayakan sehingga dia menjadi pribadi yang sempurna seperti harapan masyarakat yang membentuk. 
Dalam hal bersikap perempuan pun tanpa sadar kita telah ditertibkan oleh media, pola hidup perempuan dalam hal ini sering terbentk oleh fashion dan media yang ada. Cara berjalan dan duduk dan sikap mereka menjadi terjebak denagn fashion yang mereka pilih. Media membeli mereka dengan model pakaian, kosmetik bahka makanan. Dan lagi-lagi itu juga yangmembentuk pola gender dalam masyarakat kita. Peran media yang membentuk mereka menjadi trend yang sering kali  menjadi kiblat yang menertibkan mereka.
Dalam tulisan ini kata menertibkan bukan berarti kita harus menentang dengan konstruksi yang ada dalam masyarkat saat ini. Namun ini menjadi refleksi kita agar kita sadardengan lingkungan disekitar kita yang menjadi buta dengan kebutuhan dan konsep gender pada saat ini. Konsep gender yang seharusnya mampu membebaskan manusia beralih menjadi norma-norma yang membedakan gerak antara laki-laki dan perempuan yang seyogyanya memeiliki hak dan kemapuan yang sama seiring denga karunia yang dimilki tuhan berdasarkan seks yang dimilki.